Jumat, 15 November 2013

Investigasi : Praktek Kecurangan Restoran Cepat Saji

Mengintip Praktek Kecurangan Dalam Restoran Cepat Saji

Pernahkah anda berfikir bagaimana dan darimana asal makanan yang anda santap? Bagaimana kalau itu adalah makanan ‘cepat saji’ atau fast food?

“Namanya juga orang jualan, pasti lah gak mau rugi” Ujar S. Betul sih memang jualan, tetapi setiap restoran pasti memiliki resep standar untuk setiap ragam menunya. Dalam menu pasta, seharusnya dia menuang saus pasta sebanyak 2 ledel, tetapi terkadang dia hanya menuang 1 ledel saja dan sisanya hanya diaduk agar pasta menyatu dengan sausnya. Walaupun hasil dari pasta nya pun tidak kasat mata, karena dibakar tetapi tetap saja telah membohongi pelanggan.

“Kadang kalo si bos lagi disini aja baru ngikutin standarnya, tapi kalo dia lagi gak ada mah enggak” tambah si S. Sebagian bahan baku dasar makanan di restoran ini adalah impor. Seperti pastanya saja buatan asli Italia, dan tidak menutup kemungkinan kalau total stok restoran ini bisa mencapai ratusan juta rupiah. Maka dari itu beberapa cooks di restoran tersebut mencoba untuk menghemat dengan cara memasak tidak sesuai dengan resep standar. Tetapi praktek kecurangan ini tidak hanya terjadi pada makanan, minuman juga. “Sama aja kaya minumannya mbak, yang harusnya dengan powder minuman yang udah ditimbang nih ya misalnya 188gram untuk jadi 6 cup blackcurrant drink tapi ini bisa jadi 7cup tapi dengan berat powder yang sama”

Tapi bagaimana kalau cooks tidak sengaja menjatuhkan bahan baku ke lantai? Apakah mereka akan mengambilnya lalu membuangnya dan menggantinya dengan yang baru atau mengambil dan menggunakannya kembali? Tanpa ragu S menjawab terkadang kalau bahan tersebut bisa diambil lagi seperti sosis yang sudah dipotong-potong, ia akan mengambil dan menggunakannya kembali, “asal jangan keliatan kostumer, soalnya dapur kita kan terbuka, kadang ada aja kostumer yang lihat-lihat pengen tau cara kita masak” tak memperdulikan tentang higienis, S pun memungut begitu saja ketika dia menjatuhkan bahan dan langsung menggunakannya kembali. Walaupun setiap cooks disitu diwajibkan menggunakan hand gloves, namun tetap saja yang namanya makanan jatuh ke lantai itu tidak higienis lagi.

Dan pasti setiap makanan dan minuman tersebut mempunyai expire date masing-masing. S berkata kalau minuman yang mengandung susu atau cream mempunyai masa hari selama 2 hari setelah 2 hari, kalau minuman hanya berbasis powder itu bisa sampai 3 hari lebih dari masa hari minuman akan langsung dibuang. S juga menambahkan bahwa salad yang sudah di pack hanya memiliki masa 1 hari, tetapi terkadang beberapa cooks malas untuk membuat salad akhirnya salad yang tidak terjual pada hari tersebut akan dijual kembali keesokan harinya. Tetapi itu kan salad, kelihatan sekali kalau tidak fresh dari penampilannya, bagaimana cara mereka mengakalinya? “kita hanya ganti tutup dari container atau tempat dari salad itu trus kita tambah jagung baru diatasnya, jadi kelihatan lebih segar lagipula saladnya disimpan dalam chiller jadi gak mungkin bau” dan bagaimana dengan minumannya? “kalau minuman lebih dari date nya, biasanya kita perpanjang 1 hari”


Sungguh disayangkan apa yang dilakukan restoran cepat saji ini sebetulnya merugikan pelanggan secara tidak langsung. Walaupun dalam prakteknya banyak orang yang tidak tahu, tetapi tetap saja namanya juga restoran cepat saji pasti banyak diminati dan memiliki pelangan tetap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar