Mengintip Praktek
Kecurangan Dalam Restoran Cepat Saji
Pernahkah anda berfikir bagaimana
dan darimana asal makanan yang anda santap? Bagaimana kalau itu adalah makanan ‘cepat
saji’ atau fast food?
“Namanya juga orang jualan, pasti
lah gak mau rugi” Ujar S. Betul sih memang jualan, tetapi setiap restoran pasti
memiliki resep standar untuk setiap ragam menunya. Dalam menu pasta, seharusnya
dia menuang saus pasta sebanyak 2 ledel, tetapi terkadang dia hanya menuang 1
ledel saja dan sisanya hanya diaduk agar pasta menyatu dengan sausnya. Walaupun
hasil dari pasta nya pun tidak kasat mata, karena dibakar tetapi tetap saja
telah membohongi pelanggan.
“Kadang kalo si bos lagi disini
aja baru ngikutin standarnya, tapi kalo dia lagi gak ada mah enggak” tambah si
S. Sebagian bahan baku dasar makanan di restoran ini adalah impor. Seperti
pastanya saja buatan asli Italia, dan tidak menutup kemungkinan kalau total
stok restoran ini bisa mencapai ratusan juta rupiah. Maka dari itu beberapa
cooks di restoran tersebut mencoba untuk menghemat dengan cara memasak tidak
sesuai dengan resep standar. Tetapi praktek kecurangan ini tidak hanya terjadi
pada makanan, minuman juga. “Sama aja kaya minumannya mbak, yang harusnya
dengan powder minuman yang udah ditimbang nih ya misalnya 188gram untuk jadi 6
cup blackcurrant drink tapi ini bisa jadi 7cup tapi dengan berat powder yang
sama”
Tapi bagaimana kalau cooks tidak
sengaja menjatuhkan bahan baku ke lantai? Apakah mereka akan mengambilnya lalu
membuangnya dan menggantinya dengan yang baru atau mengambil dan menggunakannya
kembali? Tanpa ragu S menjawab terkadang kalau bahan tersebut bisa diambil lagi
seperti sosis yang sudah dipotong-potong, ia akan mengambil dan menggunakannya
kembali, “asal jangan keliatan kostumer, soalnya dapur kita kan terbuka, kadang
ada aja kostumer yang lihat-lihat pengen tau cara kita masak” tak memperdulikan
tentang higienis, S pun memungut begitu saja ketika dia menjatuhkan bahan dan
langsung menggunakannya kembali. Walaupun setiap cooks disitu diwajibkan
menggunakan hand gloves, namun tetap saja yang namanya makanan jatuh ke lantai
itu tidak higienis lagi.
Dan pasti setiap makanan dan
minuman tersebut mempunyai expire date masing-masing. S berkata kalau minuman
yang mengandung susu atau cream mempunyai masa hari selama 2 hari setelah 2
hari, kalau minuman hanya berbasis powder itu bisa sampai 3 hari lebih dari
masa hari minuman akan langsung dibuang. S juga menambahkan bahwa salad yang
sudah di pack hanya memiliki masa 1 hari, tetapi terkadang beberapa cooks malas
untuk membuat salad akhirnya salad yang tidak terjual pada hari tersebut akan
dijual kembali keesokan harinya. Tetapi itu kan salad, kelihatan sekali kalau
tidak fresh dari penampilannya, bagaimana cara mereka mengakalinya? “kita hanya
ganti tutup dari container atau tempat dari salad itu trus kita tambah jagung
baru diatasnya, jadi kelihatan lebih segar lagipula saladnya disimpan dalam
chiller jadi gak mungkin bau” dan bagaimana dengan minumannya? “kalau minuman
lebih dari date nya, biasanya kita perpanjang 1 hari”
Sungguh disayangkan apa yang
dilakukan restoran cepat saji ini sebetulnya merugikan pelanggan secara tidak
langsung. Walaupun dalam prakteknya banyak orang yang tidak tahu, tetapi tetap
saja namanya juga restoran cepat saji pasti banyak diminati dan memiliki
pelangan tetap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar