Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu.
Berikut
ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Manusia Sebagai
Makhluk Sosial", yang menurut saya dapat memberikan manfaat besar bagi
kita untuk dipelajari.
Melalui
kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan
ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Tuhan YME memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Depok, 11,24,2012
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia diciptakan oleh
Tuhan YME sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Di
dalam kehidupannya manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan
sesamanya. Hal ini merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain.
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, sususnan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena adanya interaksi sosial.
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, sususnan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena adanya interaksi sosial.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan makalah sebagai
berikut:
1. Apa
alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial?
2. Faktor-faktor
apa saja yang mendasari terjadinya interaksi sosial?
3. Media
(agen) sosialisasi apa saja yang menjadi wahana di mana individu akan mengalami
sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya?
C.
Tujuan Makalah
Makalah
ini ditulis agar penulis dan pembaca mampu mempelajari tentang manusia sebagai
makhluk sosial.
D.
Kegunaan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan dan manfaat bagi:
1. Penulis,
sebagai wahana penambahan pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
manusia sebagai makhluk sosial.
2. Pembaca,
sebagai media informasi tentang manusia sebagai makhluk sosial.
E.
Prosedur Makalah
Makalah
ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam
makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka, artinya penulis
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan
tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknis analisis isi melalui kegiatan
mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema
makalah. Selain itu , penulis melakukan browsing internet
BAB II :
PEMBAHASAN
Secara
kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain sebagai
makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga
tercipta sebuah kehidupan yang damai. Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa makan menggunakan tangan, bisa berkomunikasi
atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensinya kemanusiaannya.
Seseorang memiliki sikap sosial apabila ia memperhatikan atau berbuat baik
terhadap orang lain.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sikap sosial merupakan beberapa tindakan menuju kebaikan
terhadap sesamanya. Selain itu, Manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial karena
pada diri manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia
memiliki kebutuhan mencari kawan. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain,
sering kali didasarkan kepentingan dan persamaan ciri.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan beberapa alasan,
yaitu:
·
Ada
dorongan untuk berinteraksi.
·
Manusia
tunduk pada aturan norma sosial.
·
Manusia
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
·
Potensi
manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah manusia.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi makhluk sosial menurut para ahli:
·
Menurut KBBI :
Makhluk
social adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain.
·
Menurut Elly M. Setiadi :
Makhluk
social adalah makhluk yang didalam hidupnya tidak bias melepaskan diri dari
pengaruh orang lain.
·
Menurut Dr. Johannes Garang :
Makhluk
social adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri.
·
Menurut Aristoteles :
Makhluk sosial
merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat
dan berinteraksi satu sama lain
·
Menurut Liturgis :
Makhluk sosial merupakan makhluk yang
saling berhubungan satu sama lain serta tidak dapat melepaskan diri dari hidup
bersama.
Ø
INTERAKSI
SOSIAL
Kata interaksi berasal dari kata inter
dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi
antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di
mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan
tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Ada beberapa pengertian interaksi sosial
menurut para ahli:
·
Menurut
H. Booner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial
bahwa: “Interaksi sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya.”
·
Menurut
Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan
antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang
perorangan dengan kelompok.
·
Maryati
dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok.”
·
Murdiyatmoko
dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang
menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan
tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social.”
·
Siagian
(2004) “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling
mempercayai, menghargai, dan saling mendukung.”
Dari pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antar
sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan
antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok dalam
kehidupan social.
Ø MACAM-MACAM
INTERAKSI SOSIAL
Menurut
Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
·
Interaksi
antara individu dan individu
Dalam hubungan
ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika
hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal
balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
·
Interaksi
antara individu dan kelompok:
Interaksi ini
pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial
individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya.
·
Interaksi
sosial antara kelompok dan kelompok:
Interaksi sosial
kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.
Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek
Ø FAKTOR-FAKTOR
YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
·
Imitasi
adalah suatu proses peniruan atau meniru.
Banyak perilaku
kita sebenarnya diawali dengan meniru. Salah satu contohnya meniru potongan
rambut, model pakaian, model celana, dan lain-lain. Proses peniruan ini lebih
mudah terjadi dan mudah berubah. Artinya proses peniruan seringkali tidak
bertahan lama, karena apabila ada model baru, maka model yang lama akan
ditinggalkan dan berubah meniru ke model yang baru. Biasanya yang ditiru adalah
hal-hal yang artificial yaitu hal-hal yang nampak saja dan bersifat fisil.
·
Sugesti
adalah suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu.
Yang dimaksud
sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri
maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti
sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalah hampir
sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya,
sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya,
lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
·
Identifikasi
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain,
baik secara lahiriah maupun batiniah.
·
Simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan
seperti juga pada proses identifikasi.
Ø BENTUK-BENTUK
INTERAKSI SOSIAL
Setidaknya ada dua macam bentuk interaksi sosial sebagai wujud
proses sosial dalam kehidupan masyarakat. Dua bentukproses interaksi sosial,
yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
Ø
Proses asosiatif
Proses asosiatif adalah
bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan solidaritas
antarindividu. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan bentuk
interaksi sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama.
Kerjasama ini semakin
menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya. Kerjasama bisa timbul jika
terjadi hal-hal berikut.
a)
Orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.
b)
Kedua belah pihak memiliki
sumbangan atau kontribusi untuk memenuhi kepentingan mereka melalui kerjasama.
Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang baik, tetapi bukan
kerjasama dalam hal yang negatif, seperti kerjasama ketika para siswa sedang
melaku-kan ulangan atau ujian. Apakah kamu melihat ada bentuk kerjasama yang
lain di lingkunganmu? Ada beberapa bentuk kerjasama untuk menyelesaikan
pekerjaan iru antara lain sebagai berikut.
a)
Kerukunan
Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan melakukan kerjasama secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari kegiatan kerja bakti yang dilakukan warga atau secara bergiliran melakukan ronda untuk menjaga keamanan kampung. Kerukunan pada intinya mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan melakukan kerjasama secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari kegiatan kerja bakti yang dilakukan warga atau secara bergiliran melakukan ronda untuk menjaga keamanan kampung. Kerukunan pada intinya mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
b)
Tawar-menawar (bargaining)
Tawar-menawar adalah
bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi
atau lebih.
c)
Kooptasi
Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide orang atau kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapat berlanjut dengan baik.
Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide orang atau kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapat berlanjut dengan baik.
d)
Koalisi
Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih besar.
Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih besar.
e)
Joint venture
Joint venture adalah
bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Dengan joint venture
diharapkan hasil atau keuntungan yang diperoleh dari sebuah usaha akan lebih
besar.
Ø Akomodasi
(accomodation)
Akomodasi
dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan dan
yang menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan,
berarti adanya suatu keseimbanga dalam interaksi di antara orang-orang, yang
kaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut.
1)
Mengurangi pertentangan.
2)
Mencegah pertentangan
untuk sementara.
3)
Memungkinkan terjadinya
kerjasama.
4)
Mengusahakan peleburan
antara kelompok social.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. Ada beberapa bentuk akomodasi. Bentuk-bentuk akomodasi tersebut
antara lain sebagai berikut.
1)
Paksaan (coercion)
Paksaan merupakan bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya unsuur paksaan. Paksaan
merupakan bentuk akomodasi dengan salah satu pihak berada dalam keadaan yang
lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
2)
Kompromi
Kompromi adalah bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
Kompromi adalah bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3)
Penengah (arbitration)
Adanya penengah
(arbitration) atau pihak ketiga merupakan suatu cara unruk mencapai kompromi
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapai penyelesaian.
Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak
yang bertentangan.
4)
Mediasi
Mediasi menyerupai penengah. Pada mediasi hadirnya pihak ketiga hanya sebagai penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi nasihat agar para pihak yang bertikai menemukan penye¬lesaian untuk selanjutnya melakukan perdamaian.
Mediasi menyerupai penengah. Pada mediasi hadirnya pihak ketiga hanya sebagai penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi nasihat agar para pihak yang bertikai menemukan penye¬lesaian untuk selanjutnya melakukan perdamaian.
5)
Konsilisasi
Konsilisasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama.
Konsilisasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama.
6)
Kesabaran
Kesabaran suatu bentuk akomodasi tanpa persetuju-an yang resmi. Pada usaha ini pihak yang berselisih menyadari betapa berselisih itu tidak bermanfaat. Secara perlahan-lahan perselisihan diharapkan akan hilang atau setidaknya berkurang.
Kesabaran suatu bentuk akomodasi tanpa persetuju-an yang resmi. Pada usaha ini pihak yang berselisih menyadari betapa berselisih itu tidak bermanfaat. Secara perlahan-lahan perselisihan diharapkan akan hilang atau setidaknya berkurang.
7)
Terperangkap (skakmat)
Terperangkap hingga tak
dapat bergerak lagi adalah suatu bentuk akomodasi di mana dua pihak yang sedang
berselisih yang mempunyai kekuatan seimbang berhenti pada suatu titik tertentu.
8)
Keputusan pengadilan
Keputusan pengadilan adalah
penye¬lesaian perselisihan melalui jalan pengadilan. Hal ini dilakukan karena
kedua belah pihak mengalami kesulitan mencari jalan damai.
1.
Asimilasi
Asimilasi
adalah penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat sekitar. Dalam
hal proses sosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbedaaan budaya.
Proses asimilasi bisa terj adi bila terdapat hal-hal berikut:
·
Perbedaan kebudayaan kelompok-kelompok
manusia.
·
Terjadi pergaulan secara
langsung dan intensif.
·
Ada perubahan kebudayaan
dari kelompok-kelompok manusia dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa faktor yang mempermudah asimilasi adalah toleransi,
sikap menghargai orang asing, sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin,
per-samaan unsur-unsur kebudayaan, dan kesempatan-kesempatan yang seimbang di
bidang ekonomi.
Ø Proses disosiatif
Proses
disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan
solidaritas antarindividu. Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi,
dan konflik.
a)
Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing
mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum, dengar. cara menarik perhatian publik atau
mem-pertajam prasangka yang ada, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Beberapa bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan
kebu¬dayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
b)
Kontravensi
(contravention)
Pada hakikatnya
kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan
dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau unsur-unsur kebudayaan £olongan
tertentu, yang dapat berubah menjadi ^encian, tetapi tidak sampai pada
pertentangan pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensi meliputi penolakan,
keengganan, perlawanan, per-buatan menghalang-halangi, protes, dan
mengecewa-kan rencana pihak lain.
c)
Pertentangan/pertikaian
(conflict)
interaksi sosial dalam
bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-masing pihak yang
sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan kesepahaman mengenai sesuatu,
kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya perten¬tangan atau
pertikaian. Pertentangan atau pertikaian tersebut dapat bersifat sementara atau
terus-menerus.
Ø SOSIALISASI
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai
teori mengenai peranan (role theory). Karena
dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu.
Pengertian
sosialisasi menurut beberapa para ahli:
·
Charlotte
Buhler
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri
terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia
dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya
·
Koentjaraningrat
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
·
Paul
B. Horton
Sosialisasi adalah
suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam
masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Ø JENIS-JENIS
SOSIALISASI
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi
dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam
masyarakat). MenurutGoffman kedua proses tersebut berlangsung dalam
institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup
yang terkukung, dan diatur secara formal.
·
Sosialisasi primer
]Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan
sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa
kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat
dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan
anggota keluarga terdekatnya.
·
Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan
setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat.
Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi.
Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.
Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan'
identitas diri yang lama.
Ø
TIPE SOSIALISASI
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik
atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda.
Di sekolah, misalnya, seseorang disebut
baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk
sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila
solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun
tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua
tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
·
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui
lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara,
seperti pendidikan di sekolah dan pendidikanmiliter.
·
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau
dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang
ada di dalam masyarakat.
Ø
POLA SOSIALIASI
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan
sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization)
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan
imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi
yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi
terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.Sosialisasi
partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi
imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat
simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan
diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi
pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadigeneralized
other.
Ø
PROSES SOSIALISASI
Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa
sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai
berikut.
·
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum
dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata
makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
·
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya
seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma
diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia
sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari
orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang
yang amat berarti (Significant other)
·
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang
dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia
mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama denganteman-temannya.
Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
·
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized
other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat
secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan
orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya
Ø AGEN
SOSIALISASI
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan
yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu
sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di
sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan
menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa
mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi
akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen
sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama
lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam
situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
·
Keluarga
(kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear
family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan
pada masyarakat yang
menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen
sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri
atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat
biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan
anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaegerperanan
para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena
anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya
sendiri.
·
Teman
pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama
kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya,
teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat
pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak
pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja.
Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang
individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang
melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan),
sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola
interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu,
dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
·
Lembaga
pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal
seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga
dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity).
Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian
besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
·
Media
massa
Yang termasuk kelompok media massa di
sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid),
media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh
media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
a.
Penayangan
acara SmackDown! di
televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam
beberapa kasus.
b.
Iklan
produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup
masyarakat pada umumnya.
c.
Gelombang
besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului
dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV
(horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan
kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan
sosial, dan dampak buruk lainnya.
·
Agen-agen
lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi
agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat,
dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya
sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh
agen-agen ini sangat besar.
BAB
III : PENUTUPAN
Ø Kesimpulan
Dari uraian makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena:
Dari uraian makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena:
ü Ada dorongan untuk berinteraksi
ü Manusia tunduk pada aturan, norma social
ü Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
ü
Manusia
tidak dapat hidup sebagai manusia jika tidak ada di tengah-tengah manusia.
Ø
Ada
beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu: imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpati. Media (agen) sosialisasi utama yang
menjadi wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan
dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya antara lain:
ü
Keluarga
ü
Teman
Sepermainan (Kelompok Sebaya)
ü
Sekolah
ü Lingkungan Kerja
ü Media Massa
Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga dapat dimanfaatkan dan dapat dijadikan sumber pengetahuan baru oleh semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan materi yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami bisa menjadi lebih baik dalam meyusun makalah.
source :
http://mpith-v3-mpith.blogspot.com/2011/03/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar