2SA01 - 14611240
BAB I : PENDAHULUAN
1. PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya
panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka
saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini
penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Kerukunan umat
beragama", yang mmenurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kita untuk mempelajari sebuah kerukunan agama menurut pandangan dan beberapa
ahli. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya
buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan YME
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Depok 20,01,2013
BAB II : PEMBAHASAN
2.
PENGERTIAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Kerukunan umat bragama yaitu hubungan
sesame umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan
kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan
pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat
beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh
yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas
keagamaan yang berbadan hokum dan telah terdaftar di pemerintah daerah. Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di
tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga
Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban
termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi
kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian,
saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan
rumah ibadah.
Sesuai dengan tingkatannya Forum Krukunan Umat Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat konsultatif gengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan. Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan :
Sesuai dengan tingkatannya Forum Krukunan Umat Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat konsultatif gengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan. Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan :
a.
Saling
tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama
b.
Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama
tertentu
c.
Melaksanakan
ibadah sesuai agamanya, dan
d.
Mematuhi
peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan
e.
Negara
atau Pemerintah.
f.
Dengan
demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat beragama,
ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara.
3.
PENGERTIAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA MENURUT ISLAM
Kerukunan umat beragama dalam islam
yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuah islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti
saudara, teman, sahabat, Kata “Ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai
pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan, persahabatan, dan
dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islaiyah berasal dari kata Islam yang
dalam hal ini menjadi atau memberi sifat Ukhuwah, sehingga jika dipadukan
antara kata Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau
pergaulan menurut islam.
Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuah
Islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai
satu persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan berada
dalam satu ikatan. Ada hadits yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan
antara sesame islam dalam menjamin Ukhuwah Islamuah yang berarti bahwa antara
umat islam itu laksana satu tubuh, apabila sakit salah satu anggota badan itu,
maka seluruh badan akan merasakan sakitnya. Dikatakan juga bahwa umat muslim
itu bagaikan sutu bangunan yang saling menunjang satu sama lain.
Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi
actual, bila dihubungkan dengan masalah solidaritas social. Bagi umat Islam,
Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang masyru’ artinya diperintahkan oleh agama.
Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih tinggi bobotnya
bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata Ukhuwah dirangkaikan dengan kata
Islamiyah, maka ia akan menggambarkan satu bentuk dasar yakni Persaudaraan
Islam merupakan potensi yang obyektif.
Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan konseptual dengan cita ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah itu sendiri bukanlah tujuan, Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang menjelmakan kerukunan hidup umat dan bangs, juga untuk kemajuan agama, Negara, dan kemanusiaan. “Janganlah bermusuh- musuhan, maka Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103)
Artinya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai dan berselisih sesudah dating keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang0orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran 105).
Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan konseptual dengan cita ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah itu sendiri bukanlah tujuan, Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang menjelmakan kerukunan hidup umat dan bangs, juga untuk kemajuan agama, Negara, dan kemanusiaan. “Janganlah bermusuh- musuhan, maka Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103)
Artinya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai dan berselisih sesudah dating keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang0orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran 105).
4. MANFAAT KERUKUNAN ANTAR UMAT
BERAGAMA
Umat Beragama
Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor
pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan negara Menteri Agama
Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat memperkuat
kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam
kehidupan berbangsa. "Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor
pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu
negara," katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk
Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu. Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan,
kerukunan umat beragama di Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak
kemajuan dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa persoalan, baik yang
bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering muncul.
Menurut dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak boleh berhenti," katanya.
Menurut dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak boleh berhenti," katanya.
Dalam
hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan
kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk
menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan
dan kebodohan. Ia juga mengutip
perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi agama atau
dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan meningkatkan sumber
daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter. "Hal itu kemudian
perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas agama," katanya. Mengelola
kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan
masyarakat Indonesia memang majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius
bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar. "Kemajemukan adalah realita yang tak
dapat dihindari namun itu bukan untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi
pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar," katanya. Ia
menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan
dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di
masing-masing kelompok masyarakat. "Karena
mungkin masalah yang selama ini terjadi di antara pemeluk agama terjadi karena
tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke pihak lain. Terputusnya
jalinan informasi antar pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka- prasangka
yang mengarah pada terbentuknya penilaian negatif," katanya. Senada dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi
Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog
berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk membangun
persaudaraan antar- umat beragama.
Menurut dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah- masalah kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan nilai spiritual," katanya.
Menurut dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah- masalah kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan nilai spiritual," katanya.
5. Kerukunan Antar Umat Beragama menurut
Pandangan Islam
Kerukunan adalah istilah yang
dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam
masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan
oleh masyarakat manusia. Namun apabila melihat kenyataan, ketika sejarah
kehidupan manusia generasi pertama keturunan Adam yakni Qabil dan Habil yang berselisih
dan bertengkar dan berakhir dengan terbunuhnya sang adik yaitu Habil; maka
apakah dapat dikatakan bahwa masyarakat generasi pertama anak manusia bukan
masyarakat yang rukun? Apakah perselisihan dan pertengkaran yang terjadi saat
ini adalah mencontoh nenek moyang kita itu? Atau perselisihan dan pertengkaran
memang sudah sehakekat dengan kehidupan manusia sehingga dambaan terhadap
“kerukunan” itu ada karena “ketidakrukunan” itupun sudah menjadi kodrat dalam
masyarakat manusia?.
Pertanyaan seperti tersebut di
atas bukan menginginkan jawaban akan tetapi hanya untuk mengingatkan bahwa
manusia itu senantiasa bergelut dengan tarikan yang berbeda arah, antara
harapan dan kenyataan, antara cita-cita dan yang tercipta.
Manusia ditakdirkan Allah
Sebagai makhluk social yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan
sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia memerlukan kerja sama dengan
orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun
spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia
untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam
hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
A. Kerja
sama intern umat beragama
Persaudaraan
atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting dalam
islam. Al-qur’an menyebutkan kata yang mengandung arti persaudaraan sebanyak 52
kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik persamaan keturunan, keluarga,
masyarakat, bangsa, dan agama. Ukhuwah yang islami dapat dibagi kedalam empat
macam,yaitu : – Ukhuwah ’ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan
kepada Allah. – Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia
adalah bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama;Adam dan
Hawa. – Ukhuwah wathaniyah wannasab,yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan. – Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim. Esensi
dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk perhatian,
kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota
tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan salah satu prinsip ajaran Islam.
Salah satu masalah yang di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Salah satu sebab rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena randahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam. Persatuan di kalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan kepentingan dan golongan seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu biasanya diawali dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu fenomena. Dalam hal agama, di kalangan umat islam misalnya seringkali terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran mengenal sesuatu hukum yang kemudian melahirkan berbagai pandangan atau madzhab. Perbedaan pendapat dan penafsiran pada dasarnya merupakan fenomena yang biasa dan manusiawi, karena itu menyikapi perbedaan pendapat itu adalah memahami berbagai penafsiran
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan salah satu prinsip ajaran Islam.
Salah satu masalah yang di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Salah satu sebab rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena randahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam. Persatuan di kalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan kepentingan dan golongan seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu biasanya diawali dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu fenomena. Dalam hal agama, di kalangan umat islam misalnya seringkali terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran mengenal sesuatu hukum yang kemudian melahirkan berbagai pandangan atau madzhab. Perbedaan pendapat dan penafsiran pada dasarnya merupakan fenomena yang biasa dan manusiawi, karena itu menyikapi perbedaan pendapat itu adalah memahami berbagai penafsiran
Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat
islam dan memantapkan ukhuwah islamiyah para ahli menetapkan tiga konsep,yaitu
:
1)
Konsep tanawwul al ’ibadah (keragaman cara beribadah).
Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan
agama yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan
selama merujuk kepada Rasulullah. Keragaman cara beribadah merupakan hasil dari
interpretasi terhadap perilaku Rasul yang ditemukan dalam riwayat (hadits).
2)
Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun(yang salah
dalam berijtihad pun mendapatkan ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa
selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa,
bahkan tetap diberi ganjaran oleh Allah , walaupun hasil ijtihad yang
diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan
yang benar dan salah bukan manusia, melainkan Allah SWT
yang baru akan kita ketahui di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula
diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya
diikuti, haruslah orang yang memiliki otoritaskeilmuan yang disampaikannya
setelah melalui ijtihad.
3)
Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid
(Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang
mujtahid). Konsep ini dapat kita pahami bahwa pada persoalan-persoalan yang
belum ditetapkan hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran maupun sunnah
Rasul, maka Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat
islam,khususnya para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad.
Hasil dari ijtihad yang dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing
mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda.
Ketiga konsep
di atas memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam mentolelir adanya perbedaan
dalam pemahaman maupun pengalaman. Yang mutlak itu hanyalah Allah dan
firman-fiman-Nya,sedangkan interpretasi terhadap firman-firman itu bersifat
relatif. Karena itu sangat dimungkinkan untuk terjadi perbedaan. Perbedaan
tidak harus melahirkan pertentangan dan permusuhan. Di sini konsep Islam
tentang Islah diperankan untuk menyelesaikan pertentangan yang terjadi sehingga
tidak menimbulkan permusuhan, dan apabila telah terjadi, maka islah diperankan
untuk menghilangkannya dan menyatukan kembali orang atau kelompok yang saling
bertentangan.
B. Kerja
sama antar umat beragama
Memahami dan mengaplikasikan
ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya dapat diharapkan
dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat
manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal.
Kendatipun dapat dipahami bahwa Isalam yang hakiki hanya dirujukkan kepada
konsep al-quran dan As-sunnah, tetapi dampak sosial yanag lahirdari pelaksanaan
ajaran isalam secara konsekwen ddapat dirasakan oleh manusia secara
keseluruhan. Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar
bangsa,nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna
menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kkebenaran dan keadilan.
Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal.
Universalisme Islam dapat dibuktikan anatara lain dari segi, dan sosiologo. Dari segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya denga tindakan yang sangat mudah ,yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam. Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama islam, dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran Al-Qur’an tanpa mengurangi universalisme Islam. Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada kebenaran, kebaikan,dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian.;menghindari pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat manusia secara universal dengan tidak mengenal suku,bangsa dan agama. Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja samayang baik. Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.
Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal.
Universalisme Islam dapat dibuktikan anatara lain dari segi, dan sosiologo. Dari segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya denga tindakan yang sangat mudah ,yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam. Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama islam, dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran Al-Qur’an tanpa mengurangi universalisme Islam. Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada kebenaran, kebaikan,dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian.;menghindari pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat manusia secara universal dengan tidak mengenal suku,bangsa dan agama. Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja samayang baik. Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.
BAB III : PENUTUPAN
Sebagai umat
Islam sangatlah penting untuk menjaga kerukunan seluruh umat Indonesia dari
latar belakang agama apapun, karena Indonesia bukanlah Negara Islam, tetapi
Indonesia mempunyai 5 agama yang berbeda, jadi kita semua itu sama, bukan hanya
Islam yang unggul.
Resources :